TUGAS INSTRUMENTASI XIII
PHOTOMETER DAN K3 DALAM LABORATORIUM
Nama kelompok:
1.Laela Nurul Rahma (A.102.08.037)
2.Leonado Bagus Utomo (A.102.08.038)
3.Nia Lestyowati (A.102.08.043)
4.Nina Novita R.S (A.102.08.044)
Kelas:1B2
A. PHOTOMETER
fotometer 4010 |
fotometer 5010 |
- intensitas cahaya hamburan
- penyerapan
- fluoresensi
Kebanyakan fotometer berlandaskan pada sebuah fotoresistor atau fotodioda. Masing-masing mengalami perubahan sifat kelistrikan ketika disinari cahaya, yang selanjutnya dapat dideteksi dengan suatu rangkaian elektronik tertentu.
Bagian-Bagian dan Fungsinya
1. Selang
aspirator untuk menghisap sample untuk dianalisis.
2. Pompa
peristaltic untuk menghisap sample dari kuvet dan menuju pembuangan.
3. Kuvet untuk
tempat meletakkan sample.
4. Inkubator
untuk menyamakan kondisi dengan yang sebenarnya dan agar hasilnya sempurna.
5. Waste
(pembuangan) untuk wadah pembuangan cairan yang telah dianalisis oleh
fotometer.
6. Selang peristaltic untuk membantu kerja
pompa peristaltic yang bersifat elastic dan menjadi jalur mengalirnya sample
untuk dianalisis.
Jenis-Jenis
Fotometer
© Absorption
© Fotometer
© Flame-fotometer
© Fluorometer
© Nefelometer
© Atomik spektrometer
Prinsip dasar fotometer adalah pengukuran penyerapan sinar
akibat interaksi sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan
atau zat warna yang dilewatinya. Kebanyakan photometers mendeteksi cahaya
dengan photoresistors, dioda atau photomultipliers. Untuk menganalisis cahaya,
fotometer bisa mengukur cahaya setelah melalui filter atau melalui monokromator
penentuan ditentukan panjang gelombang atau untuk analisis terhadap distribusi
spektrum cahaya.
Cara Pengoprasian Alat
Dipastikan kuvet telah terpasang dan pompa peristaltik telah
dilingkari selang. Kabel dihubungkan dengan arus listrik 220 V. Tombol On/Off
ditekan untuk menghidupkan alat dan diamkan 10 menit untuk warming up. Sampel
disedot dengan menekan tombol aspirator. Metode yang digunakan dipilih pada
touch screen. Semua pengaturan yang kemudian diatur. Semua pengaturan yang
digunakan diatur. Hasil analisis dicetak dan sampel yang telah diuji dibuang.
Selang dari pompa peristaltik dilepas. Alat dibilas dengan aquabides sebanyak
10 kali dan desinfektan 10%. Sisa buangan dikeluarkan dengan mengalirkan udara.
Selang dilepas dari pompa, alat dibersihkan dengan menggunakan tisue, tekan
tombol On/Off untuk mematikan alat. Kabel dilepas dari sumber arus. Tutp alat
agar tidak terkena debu.
Cara Perawatan
dan Penyimpanan Alat
Setiap sesudah digunakan dibilas dengan aquabides serta
dihindari dari pelarut yang bersifat korosif. Lampu halogen dimatikan setiap
setelah digunakan. Pembersih yang digunakan dapat berupa campuran detergen,
alkohol dan air atau menggunakan sodium hipoklorit.
Perawatan alat dilakukan dengan cara alat disimpan pada meja
permanen. Tujuannya adalah agar alat tidak terkena guncangan dan mengurangi
efektivitas kerja alat. Alat disimpan di tempat yang bersih, tidak boleh
terkena cahaya matahari langsung dan hindari kontak atau berdekatan dengan alat
yang mengeluarkan gelombang magnetik seperti TV, radio dan handphone.
B. KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA (K3) DI LABORATORIUM
sumber
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah tenaga kerja (laboran/analis)
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat adil dan makmur. Secara keilmuan K3 merupakan ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Tujuan
·
Setiap tenaga
kerja/laboran dan orang lainnya yang berada di laboratorium mendapat perlindungan
atas keselamatannya.
·
Setiap bahan kimia
atau peralatan dapat dipakai, dipergunakan secara aman dan efisien.
·
Proses pengujian
berjalan lancar.
·
Kondisi tersebut di atas dapat dicapai antara
lain bila kecelakaan termasuk kebakaran, peledakan dan penyakit akibat
kerja dapat dicegah dan ditanggulangi
Hakikat
higiene laboratorium dan kesehatan kerja adalah dua hal :
1.
Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan
laboran/analis yang setinggi-tingginya, dengan maksud untuk kesejahteraan laboran.
2.
Sebagai alat untuk meningkatkan analisis, yang
berlandaskan kepada meningginya effisiensi dan daya produktivitas faktor
manusia dalam analisis atau pengujian.
Kondisi-Kondisi Kesehatan Yang Menyebabkan Rendahnya
Produktivitas Kerja
1. Penyakit
Umum
2. Penyakit
Akibat Kerja
3. Kondisi
Gizi
4. Lingkungan
Kerja
5. Beban
Kerja
Terdapat 5
(lima) faktor penyebab penyakit akibat kerja
– Golongan
fisik (keadaan suhu, kelembaban, suara kebisingan, radiasi, tekanan udara,
penerangan, getaran dan gerak udara yang memberikan suhu efektif diluar
kenikmatan kerja.
– Golongan
kimia
– Golongan
biologi
– Golongan
fisiologi/ergonomi
– Golongan
Psikologi
Sanitasi
Ruang Dan Peralatan Laboratorium
- Kondisi
lantai secara umum harus bersih, kedap air, tidak licin, rata sehingga mudah
dibersihkan dan tidak ada genangan air.
- Dinding
tembok, jendela, langit-langit, kerangka bangunan, perpipaan, lampu-lampu dan
benda lain yang berada di sekitar ruang pengujian harus dalam kondisi bersih.
- Kondisi umum
bangunan harus memperhatikan aspek pencahayaan dan ventilasi yang baik.
Ventilasi harus tersedia dengan cukup dan berfungsi dengan baik. Pencahayaan
atau penerangan hendaknya tersebar secara merata dan cukup di semua ruangan,
namun hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga tidak menyilaukan
- Semua
peralatan yang digunakan untuk pengujian harus selalu diperhatikan
kebersihannya, dan juga penanganannya harus hati-hati karena kebanyakan
peralatan laboratorium mudah pecah.
- Setelah
penggunaan alat gelas dan non gelas selesai atau pekerjaan telah selesai semua
peralatan tersebut dibersihkan dan ruangan yang digunakan harus dibersihkan
dengan bahan saniter. Saniter adalah senyawa kimia yang dapat membantu membunuh
bakteri dan mikroba. Air yang digunakan dalam pencucian alat hendaknya air yang
bersih yang memenuhi persyaratan sanitasi, sehingga mencegah kontaminasi. Air
bersih mempunyai ciri-ciri antara lain tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak
berbau
Pengendalian Ruang Penyimpanan Bahan Kimia
ü
Ruang penyimpanan bahan kimia di laboratorium
harus dikendalikan sehingga temperatur, kelembaban, dan sirkulasi udara sesuai
dengan yang diharapkan, Jika temperatur dalam ruang penyimpanan bahan kimia
tersebut tingga dan terasa pengap, maka exhaust fan (alat sejenis kipas angin)
dihidupkan dan ventilasi atau pintu dibuka agar terjadi sirkulasi udara,
sehingga dapat menurunkan temperatur dan kelembaban.
ü
Pada saat akan mengambil bahan kimia harus
memakai alat keselamatan kerja. Sebelum masuk ruang penyimpanan bahan kimia,
harus memeriksa suhu dan kelembaban ruangan apakah sesuai dengan persyaratan,
baru melakukan pengambilan atau penempatan bahan kimia
Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Kesehatan
Iritasi, yaitu terjadinya luka bakar setempat
akibat kontak bahan kimia dengan bagian tubuh.
Korosif kerusakan jaringan.
Timbulnya alergi nampak sebagian bintik-bintik
merah kecil atau gelembung berisi cairan atau gangguan pernafasan (tersumbat
dan pendek-pendek)
Pernafasan terganggu, seperti sulit bernafas
sehingga terasa tercekik atau aspiksian karena kekurangan oksigen akibat diikat
olah gas thinner seperti : nitrogen dan karbon dioksida.
Timbulnya keracunan sistemik, yaitu bahan kimia
yang dapat mempengaruhi bagian-bagian tubuh seperti merusak hati, ginjal,
susunan syaraf dan lain-lain.
Kanker, akibat paparan bahan kimia sehingga
merangsang pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali dalam bentuk tumor ganas.
Kerusakan atau kelainan janin yang ditandai oleh
kelahiran dalam keadaan cacat atau kemandulan.
Phemokoniosis, yaitu timbunan debu dalam
paru-paru sehingga kemampuan paru-paru untuk menyerap oksigen menjadi kurang
akibatnya penderita mengalami nafas pendek.
Pembuangan
Limbah
v
Saluran pembuangan limbah bahan kimia dalam
bentuk cair harus dikonstruksi dengan baik sehingga proses pembuangan limbah
cair tidak terhambat.
v
Tempat penampungan hendaknya dibuat, jangan
langsung dibuang ketempat umum karena akan mengganggu dan mencemari lingkungan
umum.
v
Jika produksi sampah/limbah cair ternyata cukup
tinggi, atau telah mengakibatkan ganggguan pencemaran adalah indikasi awal
bahwa masalah pencemaran di lingkungan telah terjadi, maka disarankan untuk
berkonsultasi dengan badan pengelolaan limbah
Fasilitas
Penggudangan
Ø
Ruangan, dinding, bangunan dan pekarangan
bangunan harus selalu bersih, bebas sampah dan kotoran.
Ø
Barang barang yang disimpan dalam gudang harus
diatur dan disusun secara baik dan teratur, dengan menyisakan jarak yang cukup,
baik jarak antar tumpukan maupun dengan dinding tembok
Ø
Barang yang telah rusak atau bahan baku yang
telah busuk, hendaknya diambil dan dipisahkan dari barang-barang yang masih
baik
Ø
Untuk sampah yang kering dan padat perlu disediakan
tempat pembuangan sampah padat yang cukup, baik kebersihannya maupun ukurannya
sesuai dengan jumlah sampah diproduksi
Pencegahan
dan penanggulangan Keadaan Darurat di Laboratorium
1.
Menggunakan Akal Sehat
2. Kacamata
Pengaman
3. Bahan
Kimia di Mata
4. Asam dan
Basa
5. Luka
karena Bahan Kimia
6. Luka Bakar
7. Tergores
atau Teriris
8. Menghirup
Bahan Beracun
9.
Menghindari Kebakaran
10.
Memadamkan Api
11.
Memadamkan Api yang Membakar Pakaian
12. Menangani
Pelarut
sumber
1. http://pangestu-ayupangestu.blogspot.com/2011/12/fotometer-dan-polarimeter.html
2. http://arfiyahtrimeirina.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-pemeliharaan-dan.html